Mitos Sungai Jelita yang Asalnya dari Ular Pemangsa Anak-anak

Baliem bukan cuma jadi 'hiasan' alam. Sungai ini juga jadi lahan kebun Suku Dani. Di balik kelok indahnya, sungai ini menyimpan mitos yang dipercaya o

Wandikbo Bael
By Wandikbo Bael
0
Mitos Sungai Jelita yang Asalnya dari Ular Pemangsa Anak-anak

Mitos Sungai Jelita yang Asalnya dari Ular Pemangsa Anak-anak

Baliem bukan cuma jadi 'hiasan' alam. Sungai ini juga jadi lahan kebun Suku Dani. Di balik kelok indahnya, sungai ini menyimpan mitos yang dipercaya o

Papua selalu punya cerita. Inilah kisah sebuah sungai jelita, yang menurut mitos terbentuk dari seekor ular besar pemangsa anak-anak.

Tanah Papua bagai surga kecil yang jatuh ke bumi. Alamnya sungguh indah tiada tara. Kisah-kisah di baliknya pun tak kalah menarik untuk diulik. Seperti keindahan Sungai Baliem yang sudah terkenal.

Berkelok-kelok bagaikan ular, sungai ini mengalir di ketinggian 1.650 mdpl sejauh 80 km, melewati Lembah Baliem dan terus ke selatan. Sungai Baliem bermuara di Pantai Asmat. Airnya yang dingin berada di rentang suhu 14-18 derajat celcius. Berendam di sungai ini memang paling pas dilakukan saat musim panas.

Baliem bukan cuma jadi 'hiasan' alam. Sungai ini juga jadi lahan kebun Suku Dani. Di balik kelok indahnya, sungai ini menyimpan mitos yang dipercaya oleh Suku Dani.

Jauh sebelum peradaban modern, ada seekor ular besar di Tanah Papua. Ular tersebut menjadi musuh penduduk karena suka memangsa anak-anak. Namun ular ini pemilih. Si ular hanya akan memangsa anak laki-laki saja.

Di saat itu pula, seorang keluarga sedang menantikan seorang bayi. Bayi yang dilahirkan ternyata berjenis kelamin laki-laki.

Sang bayi begitu dicintai oleh keluarganya. Karena tahu ada ular pemangsa, kakak perempuannya akan bergantian jaga dengan orang tua yang bekerja di kebun.

Kelahiran bayi laki-laki dari keluarga ini diendus oleh si ular. Begitu si bayi ditinggalkan oleh orang tuanya, si luar berusaha untuk memangsanya.

Sang kakak perempuan tak kuasa untuk melawan si ular besar. Kemudian ia berteriak sekuat tenaga memanggil ayahnya yang bekerja di kebun.

Sang ayah kaget, ia berlari dengan membawa sebuah kapak batu dan menyerang si ular. Perkelahian sengit pun terjadi.

"Si ular akhirnya mati terpotong menjadi dua," ujar Hari Suroto, Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Rabu (22/1/2020).

Sejak saat itu si ular dipercaya berubah menjadi Sungai Baliem. Kepalanya mengalirkan air ke utara dan ekornya ke selatan.

"Namun saat ini Sungai Baliem tidak mengalir ke utara. Mungkin saja pada masa lalu terjadi gempa bumi atau tanah longsor, sehingga menutup aliran Sungai Baliem yang mengarah ke utara," jelas Hari.

Saat ini Sungai Baliem memiliki debit air yang melimpah dan stabil. Hal ini bisa dijadikan potensi listrik tenaga energi terbarukan. [detiktravel]
Wandikbo Bael

Alumni & pejuang berhenti merokok. Doakan ya bob. 😅🙏

Post a Comment